Senin, 20 Juli 2009
Selasa, 07 Juli 2009
Panjat Tebing
Dharmaayu Climbing Club (DCC)
INDRAMAYU
BAB 1
*PENDAHULUAN *
Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi), hanya di sini kita menghadapi medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi :
• Hill Walking, merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya suatu perjalanan.
• Rock Climbing, disini medan yang dihadapi berupa bentukan vertikal (perbukitan atau tebing )di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian.
• Ice/Snow Climbing, hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju .
• Free Climbing ,Teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung mempengaruhi gerakan pemanjat / menambah ketinggian. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara bergiliran, leader (membuat jalur) dan belayer (pengaman).
• Free Soloing .Merupakan bagian dari free climbing , tetapi pendaki menghadapi segala resiko seorang diri yang dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan hal ini seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk pergerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan baik tumpuan atau pegangan, sehingga hal ini biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui.
• Artifisial Climbing ,Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, karena sering sekali dihadapi medan yang kurang / tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai misalkan ada medan yang blank. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara leader dan belayer . Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi dalam beberapa ketegori :
• Gym Climbing .Pada tipe ini, belayer ada di bawah ( ground ) dengan tali dibelokan oleh sistem anchor (pullay atau carabiner) diatas climber. Jika climber jatuh maka berat climber tadi akan dibelokan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.
• Top Roping ,Pada tipe ini, belayer ada di atas ( top ) yang melakukan belay terhadap tali yang menuju climber ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika climber jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban).
• Lead Climbing .Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer langsung ke climber . Pada saat climber mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) climber terus memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan climber akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia pasang. Terbagi 2 :
• Sport Climbing ,Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada Sport climbing rute yang dipanjat umumya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing).
• Traditional Trad Adventure Climbing .Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad Climbing , dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua. Climber yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama. Berdasarkan tingkat kesulitan, panjat tebing dapat dibagi dalam 2 kategori:
• Crag Climbing , merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Single pitch climbing : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.
2. Multi pitch climbing : pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua ( second man )
• Big Wall Climbing , merupakan jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari Crag Climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, makanan, perlengkapan tidur dll. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu :
1. Alpine System / Alpine Push / Siege Tactic. Dalam alpine push , pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.
2. Himalayan System / Himalayan Tactic. Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahat. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim
Perbedaan dari Alpine System dan Himalayan System adalah :
Alpine system Himalayan System
1. Alat yang digunakan lebih sedikit 1. Alat yang dibutuhkan lebih banyak dan waktu pemanjatan lebih lama
2. Waktu istirahat sedikit 2. Waktu istirahat banyak
3. Perlu load carry 3. Tidak memerlukan load carry
4. Pendakian berhasil ketika seluruh tim berhasil 4. Pendakian sudah dikatakan berhasil ketika salah satu anggota tim berhasil
GRADING SYSTEM
Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000 tidak akan dapat mengikuti turnamen tingkat Gand Master. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Beberapa jenis pengukuran kesulitan tebing :
• French Grading System
Mengacu pada kesulitan saat pemanjatan dihitung berdasarkan pergerakan dan panjang / tinggi bidang panjat, ini berbeda dari kebanyakan cara penentuan tingkat kesulitan lainnya yg mengacu pada area tersulit ( single move ).
Tingkat kesulitan disini menggunakan nomerisasi yg dimulai dengan nomor 1 [very easy] dengann sistem terbuka yg memungkinkan penambahan huruf dibelakang angka, contoh : 1, 2, 4a, 4b, 7c, dst.. dan tambahan + dapat digunakan untuk tingkat kesulitan lebih. Banyak Negara-negara di eropa yg menggunakan sistem yg sama tapi tidak berarti dengan tingkat kesulitan yang sama pula.
• Ewbank system
Digunakan di Australia, New Zealand, dan Afrika Selatan, dibuat pada masa pertengahan tahun 1960 oleh John Ewbank (John Ewbank juga mengembangkan open ended “M” system untuk aid climbing ). Numerical Ewbank dimulai dari angka 1 (di area tersebut kita dapat berjalan walaupun dalan teori) sampai angka 34.
• Yosemite Decimal System
Digunakan di Amerika yg dengan cepat menyebar ke Canada dan daerah Amerka lainnya. Sistem ini mengacu pada 5 tingkat dibuat oleh Sierra Club :
- Kelas 1 Cross Country Hiking . Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki / menambah ketinggian.
- Kelas 2 Scrambling. Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.
- Kelas 3 Easy Climbing. Secara scrambling dengan bantuan , dasar teknik mendaki ( climbing ) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
- Kelas 4 Rope Climbing with belaying . Belay (pengaman) dipasang pada anchor (titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman
- Kelas 5, dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), Semakin tinggi angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai sebagai pengaman.
- Kelas A. Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.
• British Grading System
Untuk traditional climbing dalam teorinya ada 2 bagian : tingkat secara sifat & tingkat secara praktek. Untuk sport climbing menggunakan standar Franch Grading System yg biasa ditulis denga huruf “F” UIAA. UIAA Grading System merupakan standar internasional, system ini biasa dipakai di Jerman Barat, Australii dan Swiszerland. Penomerannya menggunakan angka romawi, dimulai dari angka I [easy] sampai X [hard] dengan penambahan + untuk tingkat kesulitan diatasnya, tingakt tersulit adalah XII.
• Brazilian Grade System
Hmpir sama dengan French System , tapi dengan menerpkan penyesuaian grading 1 - 2sup [ very easy ], 3 - 5 [ easy ] dengan maksimum tingkat 12. penambahan "sup" ( superior ) digunakan untuk tingkat 1 - 6, dan French Standard "a", "b" and "c" adalah penambahan untuk tingkat 7 - 12. 7a pada French System hampir sama dengan 8a pada Brazilian System .
• Alaska Grading System
Tingkat kesulitan diukkur dari angka 1 - 6, dan mengacu pada factor kesulitan, tinggi dan or in difficulty, length, dan komitmen. Sistem ini pertama kali dikembangajn oleh Boyd N. Everett, Jr. pada tahun 1966.
- Alaska Grade 1 : Cimb requires one day only, no technical ( fifth-class ) climbing
- Alaska Grade 2 : Either a moderate fifth-class one-day climb, straightforward multiday nontechnical climb
- Alaska Grade 3 : Either a serious fith-class one-day climb, a multiday climb with some technical elements.
- Alaska Grade 4 : Multiday, moderately technical climb.
- Alaska Grade 5 : Multiday, highly technical climb.
- Alaska Grade 6 : Multiday, extremely technical climb.
Tanda plus (+) digunakan untuk tingat kesulitan lebih. Perlu di ingat pasa system ini kemungkinan tingkat kesulitan yg dimaksud adalah adanya pemanjatan pada salju atau glacier dan pada suhu dingin.
• Alpine Grading System
Digunakan di New Zealand pada area pegunungan Alpine di sebelah selatan dan utara. Grading Gystem menggunakan open ended,dihitung berdasarkan Faktor penentu seperi : Techical Difficulty, Objective Danger, Length dan Access.
- Grade 1 – 3 : An easy scramble .
- Grade 4 – 6 : Technical climbing , must be able to place rock and ice gear quickly and efficiently. Often involves a long day.
- Grade 7 : Vertical ice / rock dimana mungkin tidak ada cukup pengaman / proteksi.
-Bagian
BAB 2
ALAT
1.Tali (rope)
Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila pemanjat terjatuh. Panjang maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah 50 meter, yang memungkinkan seorang leader dan belayer masih dapat saling berkomunikasi. Tali yang digunakan dalam suatu pemanjatan yaitu :
a.TaliSeratAlam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
b.HawserLaid
Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah (40 %) serta berat.
c.CoredanSheatRope.(KermantelRope)
Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan kelenturan mencapai 20 %). Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm.
Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm)
Tali karnmantel memiliki sifat-sifat :
• Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
• Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
• Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu :
• Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope Technic
• Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna mencolok.
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antaralain :
• Mountaineers coil
• Skein coil
• Royal robin style
Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel :
* Top Roping dan serbaguna : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 11 mm
* Sport Climbing : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm
Untuk lebih lengkapnya dalam memilih tali kernmantel juga dapat memperhatikan juga detail tipe tali, yaitu Jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dan akan terdapat simbol seperti dibawah ini * SINGLE artinya tunggal yaitu tali yang cukup satu saja untuk digunakan memanjat.
* DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda.
* TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja pada saat mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tsb di klip ke dalam satu kuikdraw/ karabiner saja. Anggap kedua tali kembar itu sebagai tali tunggal saat mengklip
2.Carabiner.(snapring,snapling,cincin.kait)
Digunakan sebagai pengaman untuk pemanjatan atifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi.
Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a.Non.screw.gate.
Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada pemanjatan artifisial karena tidak perlu repot-repot mengunci. Berdasarkan sistem lock dibagi menjadi dua jenis yaitu:
*Auto.lockCarabiner
*Non,Auto,lockCarabiner
b.Screwgate.Carabiner
Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama dalam suatu pemanjatanartifisial.
Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a.Oval Carabiner: Berbentuk bulat, dalam SRT dapat dipergunakan hamper dalam berbagai kondisi.
b. Delta Carabiner: Berbednetuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan pembagian beban, namun tidak bisauntuk instalasi tertentu.
c. Heart Carabiner: Berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena memungkinkan banyak tali ditambatkan
d.A Carabiner: Bentuk, fungsi hampir sama dengan carabiner Heart
3.Sling
Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung, pengaman pada ancor, mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point, dan mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam penggunaannya slink digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.
4. Harness
Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan beban tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak mematahkan pinggang.
3 jenis harness, yaitu : seat harness, chest harness dan full body harness.
5.Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.
6.Sepatu’tebing
Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2 macam board-lasted dan slip-lasted. Dari segi kecocokan dengan kaki yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.Model sepatu juga bermacam – macam, antara lain:
•Lace-up yang menggunakan tali,
•slipper atau slip-on,
• velcro
•zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting.
Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit tujuannya yaitu untuk kenyamanan setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar dibandingkan dengan kulit asli.
a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
• Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
• Untuk medan kering
• Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulta (slob).
• Ringan
b.Sepatu’yang’solnya kaku
• Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
• Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.
• Berat
• Untuk medan basah dan kering.
7.Tabular.Webbing.Biasanya digunakan untuk membuat slink. Selain itu sering digunakan sebagai pengganti harness.
8. Palu’tebing.Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.
9. Bor dan Driver. Driver yang digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand. Bor sendiri memiliki 2 bagian peluru dan spit
Berikut cara pemakaian bor :
10.Anchor
Merupakan poin yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan Jenisnya terdapat dua macam anchor, yaitu :
a. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing dan berbagai macam bentukkan-bentukkan di tebing.
b. Artificial anchor, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing seperti :
• Chock
Chock jenis Stoper
Chock jenis heksentrik,
• Piton, ada tiga macam ;
o Horizontal, untuk celah horizontal.
o Vertical, untuk celah vertical.
o Angle, untuk lubang.
Cara memasang piton :
1. Periksa rekahan yang akan dipasang piton.
2. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer.
3. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai anchor.
Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik
• Hanger
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentukny :
1.Plate,
2.clown,
3.Azymetrique,
4.TwistCam/Friend
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing, dan gagang nya ada yang lentur ada yang fix.
Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi:
a.Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.
b.Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol.
11.Descender
Merupakan alat digunakan untuk turun. Jenis Ascender seperti :
a. Figure of Eight
b. Brake bar
c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya yang kurang dari 50 m karena tegangan tinggi semakin tinggi menyebabkan alat tidak bekerja maksimal. Terbagi :
• Auto Stop,
• Simple Stop
d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih stabil, namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal. Terbagi 2 :
• Closed Rack,
• Open Rack
e. Whaletail
Selain itu juga dapat dilakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat menyerupai descender seperti:
a. Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.
b. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
12.Ascender
merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti :
a. Hand Ascender seperti :
• Jumar (produk Petzl)
Terbagi 3 macam : Standard jumar, Jumar, Jumar CMI 5000 / ColoradoMountains Industries. Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
b. ChestAscender
13.Belay’Device
Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya pemanjat terbagi dalam dua jenis yaitu :
a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya climber dengan menarik dan menekan tali tambang pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara lain :
•Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
•Belay Plate/ Spring Plate
.Figure Of Eight
Tubular
b. Otomatis Yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber jatuh atau saat tali tambang terbebani. Fungsi alat ini serupa dengan sabuk pengaman yang biasa kita pakai saat berkendaraan dimana jika terjadi hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan badan seperti Grigri, Trango cinch, dll
Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan sentakan :
14.Pullay
Alat yang digunakan untuk membelokan arah gayapullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pullay. suatu beban. Secara umum
Bentuk – bentuk dasar pullay antara lain:
*Fixed
*Tandem
*Oscillante
*Ultragere
* Mini Tranxion : perpaduan pullay & descender
15.Sky.hook
Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk istirahat sementara saat melakukan pemanjatan, terutama saat melakukan pengeboran
16. Runner, sling yang pada kedua ujungnya telah diberi carabiner. Teknik pemasangan runner :
17. Stir up . Tangga tebing, terbuat dari bahan yang sama dengan bahan webbing.
18. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan pemanjatan.
19. Prusik : Sebagai pengaman yang biasanya dipasang pada lubang tembus.
20.Chalk bag. tempat bubuk magnesium.
21. Bubuk magnesium, digunakan agar saat melakukan pemanjatan tidak licin.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai / membaeli alat antara lain rekomendasi minimum terhadap kekuatan alat yang telah ditetapkan oleh badan sertifikasi internasioanl (UIAA, CE, dll). Beberapa ketentuan batas minimum kekuatas alat yang ditetapkan oleh UIAA untuk alat tertentu :
Setiap alat maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu yang harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan pemanjatan.
PENGGUNAAN & PERAWATAN ALAT
Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
1. Tali :
* Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan jangan pernah beli yang bekas,
* Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan pemajatan. Tali panjat memanjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur dan meregang (stretch) sehingga dapat menahan impak pada tali dan tubuh saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali) dan menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya digunakan untuk rapeling atau mengangkut peralatan dan suplai (hauling) pada aid climbing,
• Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan sehingga alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang basah karena Tali yang basah menyebabkan tali tidak enak digunakan baik dipegang maupun dipakai atau dibawa. Elastisitas tali yang basah akan berkurang sehingga mudah terjadi friksi. Penelitian menyatakan bahwa tali tersebut akan berkurang kekuatannya 30% jika basah.
• Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat kerusakannya,
* Berilah perekat permanen pada setiap ujung tali untuk mencegah banyak nya gelembung udara masuk ke dalam tali sehingga menyebabkan inti tali regang dari mantelnya. Selain itu juga beri tanda permanen pada ujung tali (panjang dan diameter tali),
* Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan jika dalam keadaan kotor (lumpur atau pasir). Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar karena akan merusak mantelnya, sebaiknya gunakan kuas yang sangat lembut jika tali dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka cukup dengan membilas nya saja. Selain itu juga dihindari merendm tali dengan alat deterjen karena bahan kimianya akan merusak tali, gunakanlah cairan pembersih khusus atau cukup dengan merendam tali dalam air bersih yang sedikit hangat,
* Jangan menjemur tali dalam keadaan basa langsung dibawa terik matahari atau panas yang berlebih,
* Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau lembab) dandalam keadaan tidak tersimpul
2. Sepatu
• Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan bentuk nya mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau sintetis)
• Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing dibuat untuk climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking.
• Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang jamur / bakteri tumbuh yang akan membaut sepatu bau dan benang jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu (bisa pake karabiner) agar sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.
• Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat untuk keperluan membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.
• Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki) keluar. Untuk sepatu velcro periksa dan bersihkan velcronya, soalnya kalo kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket banget yang hasilnya sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.
• Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar matahari. Simpan sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering (silica gel).
• Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.
• Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat TIDAK disarankan.
• Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet baru. jangan menunggu hingga berlubang
• Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga keliatan karet yang keliatan lebih hitam dan segar. Penggunaan sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan untuk menghaluskan kayu. Dapat juga digunakan penghapus pulpen, penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang ada. Namun Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini dipraktekan oleh beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan menggunakan air ludah.
3. Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan segeralah membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang memiliki suhu normal.
Dharmaayu Climbing Club (DCC)
INDRAMAYU
BAB 1
*PENDAHULUAN *
Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi), hanya di sini kita menghadapi medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi :
• Hill Walking, merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya suatu perjalanan.
• Rock Climbing, disini medan yang dihadapi berupa bentukan vertikal (perbukitan atau tebing )di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian.
• Ice/Snow Climbing, hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju .
• Free Climbing ,Teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung mempengaruhi gerakan pemanjat / menambah ketinggian. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara bergiliran, leader (membuat jalur) dan belayer (pengaman).
• Free Soloing .Merupakan bagian dari free climbing , tetapi pendaki menghadapi segala resiko seorang diri yang dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan hal ini seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk pergerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan baik tumpuan atau pegangan, sehingga hal ini biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui.
• Artifisial Climbing ,Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, karena sering sekali dihadapi medan yang kurang / tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai misalkan ada medan yang blank. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara leader dan belayer . Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi dalam beberapa ketegori :
• Gym Climbing .Pada tipe ini, belayer ada di bawah ( ground ) dengan tali dibelokan oleh sistem anchor (pullay atau carabiner) diatas climber. Jika climber jatuh maka berat climber tadi akan dibelokan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.
• Top Roping ,Pada tipe ini, belayer ada di atas ( top ) yang melakukan belay terhadap tali yang menuju climber ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika climber jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban).
• Lead Climbing .Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer langsung ke climber . Pada saat climber mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) climber terus memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan climber akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia pasang. Terbagi 2 :
• Sport Climbing ,Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada Sport climbing rute yang dipanjat umumya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing).
• Traditional Trad Adventure Climbing .Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad Climbing , dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua. Climber yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama. Berdasarkan tingkat kesulitan, panjat tebing dapat dibagi dalam 2 kategori:
• Crag Climbing , merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Single pitch climbing : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.
2. Multi pitch climbing : pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua ( second man )
• Big Wall Climbing , merupakan jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari Crag Climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, makanan, perlengkapan tidur dll. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu :
1. Alpine System / Alpine Push / Siege Tactic. Dalam alpine push , pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.
2. Himalayan System / Himalayan Tactic. Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahat. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim
Perbedaan dari Alpine System dan Himalayan System adalah :
Alpine system Himalayan System
1. Alat yang digunakan lebih sedikit 1. Alat yang dibutuhkan lebih banyak dan waktu pemanjatan lebih lama
2. Waktu istirahat sedikit 2. Waktu istirahat banyak
3. Perlu load carry 3. Tidak memerlukan load carry
4. Pendakian berhasil ketika seluruh tim berhasil 4. Pendakian sudah dikatakan berhasil ketika salah satu anggota tim berhasil
GRADING SYSTEM
Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000 tidak akan dapat mengikuti turnamen tingkat Gand Master. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Beberapa jenis pengukuran kesulitan tebing :
• French Grading System
Mengacu pada kesulitan saat pemanjatan dihitung berdasarkan pergerakan dan panjang / tinggi bidang panjat, ini berbeda dari kebanyakan cara penentuan tingkat kesulitan lainnya yg mengacu pada area tersulit ( single move ).
Tingkat kesulitan disini menggunakan nomerisasi yg dimulai dengan nomor 1 [very easy] dengann sistem terbuka yg memungkinkan penambahan huruf dibelakang angka, contoh : 1, 2, 4a, 4b, 7c, dst.. dan tambahan + dapat digunakan untuk tingkat kesulitan lebih. Banyak Negara-negara di eropa yg menggunakan sistem yg sama tapi tidak berarti dengan tingkat kesulitan yang sama pula.
• Ewbank system
Digunakan di Australia, New Zealand, dan Afrika Selatan, dibuat pada masa pertengahan tahun 1960 oleh John Ewbank (John Ewbank juga mengembangkan open ended “M” system untuk aid climbing ). Numerical Ewbank dimulai dari angka 1 (di area tersebut kita dapat berjalan walaupun dalan teori) sampai angka 34.
• Yosemite Decimal System
Digunakan di Amerika yg dengan cepat menyebar ke Canada dan daerah Amerka lainnya. Sistem ini mengacu pada 5 tingkat dibuat oleh Sierra Club :
- Kelas 1 Cross Country Hiking . Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki / menambah ketinggian.
- Kelas 2 Scrambling. Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.
- Kelas 3 Easy Climbing. Secara scrambling dengan bantuan , dasar teknik mendaki ( climbing ) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
- Kelas 4 Rope Climbing with belaying . Belay (pengaman) dipasang pada anchor (titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman
- Kelas 5, dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), Semakin tinggi angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai sebagai pengaman.
- Kelas A. Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.
• British Grading System
Untuk traditional climbing dalam teorinya ada 2 bagian : tingkat secara sifat & tingkat secara praktek. Untuk sport climbing menggunakan standar Franch Grading System yg biasa ditulis denga huruf “F” UIAA. UIAA Grading System merupakan standar internasional, system ini biasa dipakai di Jerman Barat, Australii dan Swiszerland. Penomerannya menggunakan angka romawi, dimulai dari angka I [easy] sampai X [hard] dengan penambahan + untuk tingkat kesulitan diatasnya, tingakt tersulit adalah XII.
• Brazilian Grade System
Hmpir sama dengan French System , tapi dengan menerpkan penyesuaian grading 1 - 2sup [ very easy ], 3 - 5 [ easy ] dengan maksimum tingkat 12. penambahan "sup" ( superior ) digunakan untuk tingkat 1 - 6, dan French Standard "a", "b" and "c" adalah penambahan untuk tingkat 7 - 12. 7a pada French System hampir sama dengan 8a pada Brazilian System .
• Alaska Grading System
Tingkat kesulitan diukkur dari angka 1 - 6, dan mengacu pada factor kesulitan, tinggi dan or in difficulty, length, dan komitmen. Sistem ini pertama kali dikembangajn oleh Boyd N. Everett, Jr. pada tahun 1966.
- Alaska Grade 1 : Cimb requires one day only, no technical ( fifth-class ) climbing
- Alaska Grade 2 : Either a moderate fifth-class one-day climb, straightforward multiday nontechnical climb
- Alaska Grade 3 : Either a serious fith-class one-day climb, a multiday climb with some technical elements.
- Alaska Grade 4 : Multiday, moderately technical climb.
- Alaska Grade 5 : Multiday, highly technical climb.
- Alaska Grade 6 : Multiday, extremely technical climb.
Tanda plus (+) digunakan untuk tingat kesulitan lebih. Perlu di ingat pasa system ini kemungkinan tingkat kesulitan yg dimaksud adalah adanya pemanjatan pada salju atau glacier dan pada suhu dingin.
• Alpine Grading System
Digunakan di New Zealand pada area pegunungan Alpine di sebelah selatan dan utara. Grading Gystem menggunakan open ended,dihitung berdasarkan Faktor penentu seperi : Techical Difficulty, Objective Danger, Length dan Access.
- Grade 1 – 3 : An easy scramble .
- Grade 4 – 6 : Technical climbing , must be able to place rock and ice gear quickly and efficiently. Often involves a long day.
- Grade 7 : Vertical ice / rock dimana mungkin tidak ada cukup pengaman / proteksi.
-Bagian
BAB 2
ALAT
1.Tali (rope)
Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila pemanjat terjatuh. Panjang maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah 50 meter, yang memungkinkan seorang leader dan belayer masih dapat saling berkomunikasi. Tali yang digunakan dalam suatu pemanjatan yaitu :
a.TaliSeratAlam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
b.HawserLaid
Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah (40 %) serta berat.
c.CoredanSheatRope.(KermantelRope)
Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan kelenturan mencapai 20 %). Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm.
Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm)
Tali karnmantel memiliki sifat-sifat :
• Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
• Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
• Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu :
• Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope Technic
• Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna mencolok.
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antaralain :
• Mountaineers coil
• Skein coil
• Royal robin style
Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel :
* Top Roping dan serbaguna : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 11 mm
* Sport Climbing : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm
Untuk lebih lengkapnya dalam memilih tali kernmantel juga dapat memperhatikan juga detail tipe tali, yaitu Jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dan akan terdapat simbol seperti dibawah ini * SINGLE artinya tunggal yaitu tali yang cukup satu saja untuk digunakan memanjat.
* DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda.
* TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja pada saat mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tsb di klip ke dalam satu kuikdraw/ karabiner saja. Anggap kedua tali kembar itu sebagai tali tunggal saat mengklip
2.Carabiner.(snapring,snapling,cincin.kait)
Digunakan sebagai pengaman untuk pemanjatan atifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi.
Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a.Non.screw.gate.
Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada pemanjatan artifisial karena tidak perlu repot-repot mengunci. Berdasarkan sistem lock dibagi menjadi dua jenis yaitu:
*Auto.lockCarabiner
*Non,Auto,lockCarabiner
b.Screwgate.Carabiner
Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama dalam suatu pemanjatanartifisial.
Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a.Oval Carabiner: Berbentuk bulat, dalam SRT dapat dipergunakan hamper dalam berbagai kondisi.
b. Delta Carabiner: Berbednetuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan pembagian beban, namun tidak bisauntuk instalasi tertentu.
c. Heart Carabiner: Berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena memungkinkan banyak tali ditambatkan
d.A Carabiner: Bentuk, fungsi hampir sama dengan carabiner Heart
3.Sling
Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung, pengaman pada ancor, mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point, dan mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam penggunaannya slink digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.
4. Harness
Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan beban tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak mematahkan pinggang.
3 jenis harness, yaitu : seat harness, chest harness dan full body harness.
5.Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.
6.Sepatu’tebing
Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2 macam board-lasted dan slip-lasted. Dari segi kecocokan dengan kaki yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.Model sepatu juga bermacam – macam, antara lain:
•Lace-up yang menggunakan tali,
•slipper atau slip-on,
• velcro
•zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting.
Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit tujuannya yaitu untuk kenyamanan setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar dibandingkan dengan kulit asli.
a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
• Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
• Untuk medan kering
• Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulta (slob).
• Ringan
b.Sepatu’yang’solnya kaku
• Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
• Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.
• Berat
• Untuk medan basah dan kering.
7.Tabular.Webbing.Biasanya digunakan untuk membuat slink. Selain itu sering digunakan sebagai pengganti harness.
8. Palu’tebing.Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.
9. Bor dan Driver. Driver yang digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand. Bor sendiri memiliki 2 bagian peluru dan spit
Berikut cara pemakaian bor :
10.Anchor
Merupakan poin yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan Jenisnya terdapat dua macam anchor, yaitu :
a. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing dan berbagai macam bentukkan-bentukkan di tebing.
b. Artificial anchor, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing seperti :
• Chock
Chock jenis Stoper
Chock jenis heksentrik,
• Piton, ada tiga macam ;
o Horizontal, untuk celah horizontal.
o Vertical, untuk celah vertical.
o Angle, untuk lubang.
Cara memasang piton :
1. Periksa rekahan yang akan dipasang piton.
2. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer.
3. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai anchor.
Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik
• Hanger
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentukny :
1.Plate,
2.clown,
3.Azymetrique,
4.TwistCam/Friend
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing, dan gagang nya ada yang lentur ada yang fix.
Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi:
a.Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.
b.Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol.
11.Descender
Merupakan alat digunakan untuk turun. Jenis Ascender seperti :
a. Figure of Eight
b. Brake bar
c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya yang kurang dari 50 m karena tegangan tinggi semakin tinggi menyebabkan alat tidak bekerja maksimal. Terbagi :
• Auto Stop,
• Simple Stop
d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih stabil, namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal. Terbagi 2 :
• Closed Rack,
• Open Rack
e. Whaletail
Selain itu juga dapat dilakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat menyerupai descender seperti:
a. Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.
b. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
12.Ascender
merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti :
a. Hand Ascender seperti :
• Jumar (produk Petzl)
Terbagi 3 macam : Standard jumar, Jumar, Jumar CMI 5000 / ColoradoMountains Industries. Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
b. ChestAscender
13.Belay’Device
Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya pemanjat terbagi dalam dua jenis yaitu :
a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya climber dengan menarik dan menekan tali tambang pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara lain :
•Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
•Belay Plate/ Spring Plate
.Figure Of Eight
Tubular
b. Otomatis Yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber jatuh atau saat tali tambang terbebani. Fungsi alat ini serupa dengan sabuk pengaman yang biasa kita pakai saat berkendaraan dimana jika terjadi hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan badan seperti Grigri, Trango cinch, dll
Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan sentakan :
14.Pullay
Alat yang digunakan untuk membelokan arah gayapullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pullay. suatu beban. Secara umum
Bentuk – bentuk dasar pullay antara lain:
*Fixed
*Tandem
*Oscillante
*Ultragere
* Mini Tranxion : perpaduan pullay & descender
15.Sky.hook
Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk istirahat sementara saat melakukan pemanjatan, terutama saat melakukan pengeboran
16. Runner, sling yang pada kedua ujungnya telah diberi carabiner. Teknik pemasangan runner :
17. Stir up . Tangga tebing, terbuat dari bahan yang sama dengan bahan webbing.
18. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan pemanjatan.
19. Prusik : Sebagai pengaman yang biasanya dipasang pada lubang tembus.
20.Chalk bag. tempat bubuk magnesium.
21. Bubuk magnesium, digunakan agar saat melakukan pemanjatan tidak licin.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai / membaeli alat antara lain rekomendasi minimum terhadap kekuatan alat yang telah ditetapkan oleh badan sertifikasi internasioanl (UIAA, CE, dll). Beberapa ketentuan batas minimum kekuatas alat yang ditetapkan oleh UIAA untuk alat tertentu :
Setiap alat maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu yang harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan pemanjatan.
PENGGUNAAN & PERAWATAN ALAT
Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
1. Tali :
* Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan jangan pernah beli yang bekas,
* Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan pemajatan. Tali panjat memanjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur dan meregang (stretch) sehingga dapat menahan impak pada tali dan tubuh saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali) dan menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya digunakan untuk rapeling atau mengangkut peralatan dan suplai (hauling) pada aid climbing,
• Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan sehingga alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang basah karena Tali yang basah menyebabkan tali tidak enak digunakan baik dipegang maupun dipakai atau dibawa. Elastisitas tali yang basah akan berkurang sehingga mudah terjadi friksi. Penelitian menyatakan bahwa tali tersebut akan berkurang kekuatannya 30% jika basah.
• Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat kerusakannya,
* Berilah perekat permanen pada setiap ujung tali untuk mencegah banyak nya gelembung udara masuk ke dalam tali sehingga menyebabkan inti tali regang dari mantelnya. Selain itu juga beri tanda permanen pada ujung tali (panjang dan diameter tali),
* Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan jika dalam keadaan kotor (lumpur atau pasir). Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar karena akan merusak mantelnya, sebaiknya gunakan kuas yang sangat lembut jika tali dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka cukup dengan membilas nya saja. Selain itu juga dihindari merendm tali dengan alat deterjen karena bahan kimianya akan merusak tali, gunakanlah cairan pembersih khusus atau cukup dengan merendam tali dalam air bersih yang sedikit hangat,
* Jangan menjemur tali dalam keadaan basa langsung dibawa terik matahari atau panas yang berlebih,
* Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau lembab) dandalam keadaan tidak tersimpul
2. Sepatu
• Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan bentuk nya mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau sintetis)
• Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing dibuat untuk climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking.
• Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang jamur / bakteri tumbuh yang akan membaut sepatu bau dan benang jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu (bisa pake karabiner) agar sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.
• Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat untuk keperluan membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.
• Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki) keluar. Untuk sepatu velcro periksa dan bersihkan velcronya, soalnya kalo kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket banget yang hasilnya sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.
• Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar matahari. Simpan sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering (silica gel).
• Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.
• Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat TIDAK disarankan.
• Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet baru. jangan menunggu hingga berlubang
• Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga keliatan karet yang keliatan lebih hitam dan segar. Penggunaan sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan untuk menghaluskan kayu. Dapat juga digunakan penghapus pulpen, penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang ada. Namun Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini dipraktekan oleh beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan menggunakan air ludah.
3. Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan segeralah membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang memiliki suhu normal.
Langganan:
Postingan (Atom)